Sabtu, 21 November 2015

20 Cara Terbukti Meningkatkan IQ, Hingga Cerdas-Cemerlangnya Anda Sulit Disaingi

Mengapa cara meningkatkan IQ otak itu penting? Anda bayangkan saja..
Berhubung Anda memiliki banyak kebutuhan dan keinginan, maka konsekuensinya agar itu semua terwujud adalah, yah Anda harus berusaha. Namun, ketika tengah berusaha itu serasa sulit, bahkan serasa mustahil, itulah yang disebut sebagai masalah.
Nah, gimana agar masalah berupa kesulitan itu berkurang bahkan hilang, adalah dengan cara mengerahkan kecerdasan Anda. Dan pertolongan Allah juga pastinya.
Pertanyaannya, seberapa besarkah kecerdasan (IQ) Anda? Makanya, pada kali ini, kita akan coba bahas, 20 cara yang sudah teruji untuk meningkatkan IQ Anda.

1. Senantiasa Memulai Aktivitas dari Menentukan Tujuan

Tak sedikit orang yang pintar, namun sayangnya ia dikendalikan orang lain. Soalnya, dia nggak punya tujuan yang kokoh. Itu sebabnya, penting bagi Anda menentukan keadaan seperti apa yang Anda inginkan (tujuan). Sehingga Anda bisa memetakan keadaan sekarang, kemudian memikirkan bagaimana keadaan sekarang menjadi keadaan yang diinginkan.
Kalau sudah begitu, kan enak. Misal, Anda sekarang profit bisnis Anda 2 juta per bulan. Keadaan yang Anda inginkan, berprofit 5 juta per bulan. Tinggal Anda break down. Profit 2 juta per bulan itu, berapa pieces yang terjual sih? Dengan metode seperti apa? Dan seterusnya. Sehingga, Anda dapat gambaran dan jalan yang jelas, bagaimana meningkatkan profit bisnis Anda.
Yah, kemampuan menganalisa seperti itulah, hal yang mutlak ditingkatkan, untuk meningkatkan IQ Anda.

2. Senantiasa Berangkat dari Membahas Defenisi

Banyak pula orang yang merasa ragu dengan apa yang ia kerjakan. Buktinya, ketika kerjaannya disindir-sindir, dia jadi “keringetan”. Nggak bisa mempertanggungjawabkan pilihannya berupa melakukan pekerjaan tersebut.
Karena, kebanyakan orang tidak tahu defenisi dari suatu kata. Misal, apa sih defensi “Semangat”? Apa sih defenisi “standart”? Sebut saja Misal, “Semangat” itu artinya, nggak berhenti sampai dapet. Nah, kalau gitu, enak kan?
Rujukan untuk mengetahui defenisi, bisa melalui KBBI, Al-Qur’an, Assunnah, Ijma sahabat, Qiyas syar’i, dan lain-lain sebagainya.

3. Senantiasa Membaca

Dengan membaca, Anda jadi terpacu untuk menggambarkan teks-teks yang Anda baca. Otomatis, otak Anda akan “memanggil” informasi terdahulu, untuk dikaitkan dengan informasi yang tengah Anda konsumsi (bacaaan yang dibaca).

4. Senantiasa Mengetahui Ciri-Ciri Dari Sesuatu

Ketika saya katakan “Gajah!” apa yang ada di benak Anda? Yaps, seekor makhluk, yang besar, warna abu-abu, telinganya besar, hidungnya panjang, dan seterusnya.
Kalau saya katakan, “Lonton Kari!” apa yang ada di benak Anda? Yaps, kurang-lebih beberapa potong lontong, di dalam mangkuk, digenangi kuah, ada sayur-sayur dan cabainya, dan seterusnya.
Kalau saya katakan, “Bersungguh-sungguh”, apa yang ada di benak Anda? Yaps, kurang-lebih, tidak mudah menyerah karena halangan-halangan, rela mengeluarkan uang, rela capek, dan seterusnya.
Segala sesuatu, kenapa disebut seperti itu, pasti karena punya ciri-cirinya. Kenapa Anda bisa membedakan piring dengan gelas, handphone dengan remote TV, pasti kan ada ciri-cirinya. Nah, dengan mengetahui ciri-ciri seperti itu, Anda jadi lebih jernih dalam berpikir, dan nggak gaje.

5. Senantiasa Menghitung

Kemampuan berhitung merupakan suatu kemampuan yang jelas dimiliki orang-orang yang tingkat IQ-nya tinggi. Makanya mereka kadang tidak begitu sulit menyelesaikan tugas-tugas mereka. Karena mereka mampu memetakan aspek “Diketahui”, “Ditanya”, “Dijawab” dalam hidup mereka. Contoh kasunsnya, seperti halnya usaha peningkatakan profit yang disebutkan di nomor 1 tadi.

6. Senantiasa Konsentrasi pada Satu Hal Dulu

Suatu smartphone itu punya buku petunjuknya. Harus dipakaikan kartu SIM, harus dicharge baterainya, jangan direndam air, dan lain-lainnya. Begitu pula benda-benda lainnya, memiliki aturan main tertentu. Nah, termasuk, otak kita. Otak kita itu, bukan digunakan untuk multi-tasking. Agar optimal, ia sebaiknya digunakan untuk fokus memperhatikan suatu hal dulu, kalau udah beres, baru ngurusin hal lain.

7. Senantiasa Tidur yang Cukup

Tidur itu, ibarat sebuah detox kecil bagi otak Anda. Dengan kata lain, di dalam tubuh Anda, akan terjadi regenerasi sel-sel dan menghilangkan racun-racun yang timbul ketika siang harinya. Tidur yang baik, sekitar jam 9 malam sampai tengah malah. Yah, sesuai dengan sunnah Rasulullah.

8. Senantiasa Menulis

Menulis, adalah aktivitas yang konkrit untuk membuat Anda berpikir, sehingga IQ pun meningkat. Lagipula, zaman sekarang, Anda semakin mudah dan terpicu untuk menulis. Contoh kecilnya, nge-tweet, nulis status facebook, chatting, BBM-an, dan lain-lain. Tentunya, lebih bagus lagi kalau tulisan yang Anda buat dalam rangka memecahkan suatu masalah.

9. Senantiasa Beranalogi

Dengan analogi, aktivitas berpikirkan pun menjadi lebih mudah, enak, efektif, dan efisien. Misal, Anda bilang orang yang hobi mengeluh itu ibarat orang yang lagi jalan, tapi karena di depannya ada tembok, dia jadi berhenti berjalan. Padahal, dia hanya tinggal harus mencari jalan lain yang tidak ada temboknya, atau lompati temboknya, atau hancurkan temboknya, atau minta tolong orang buat singkirkan temboknya, dan lain-lain.

10. Senantiasa Mempelajari Bahasa Baru

Banyak pula cendikiawan yang mengatakan, bahwa kemampuan seseorang menguasai bahasa, berbanding lurus dengan kecerdasanya. Seperti halnya Muhammad Al-Fatih yang pada usianya yang ke-16, sudah mampu menguasai 8 bahasa: bahasa Arab, Turki, Persia, Ibrani, Latin, Yunani, dan lain-lain, dengan lancar. Jadinya, ketika umurnya 21 tahun, ia berhasil menaklukkan Konstantinopel, yang notabene merupakan kota termaju di dunia saat itu.
Kalau kita? Kita, biasanya cuman bisa 2 bahasa. Bahasa Indonesia sama bahasa Sunda. Atau, sama bahasa Jawa. Atau, bahasa daerah masing-masing. Hehehe!

11. Senantiasa Mengonsumsi Makanan yang Sehat

Omega-3, vitamin E, oksigen, antioksidan, dan lain-lainnya, adalah makanannya otak. Kalau otak tidak makan, maka tidak dapat berfungsi secara optimal. Dengan kata lain cara meningkatnya IQ Anda, harus diusahakan dengan perantara berupa makanan-makanan yang baik bagi otak Anda.
Pun ada baiknya juga bila Anda mengonsumsi suplemen-suplemen tambahan, seperti misalnya teh celup daun pegagan, dan minyak ikan omega 3, yang bisa Anda beli di TeknikHidupShop.com.

12. Senantiasa Berpikir Positif

Stress dan kecemasan sangat ampuh menghacurkan neuoran otak Anda, sekaligus menghalangi proses produksi neuron tersebut. Kalau gitu terus, gimana cara bisa meningkat IQ-nya? Sebaliknya, dengan berpikir positif dan cendrung solutif, akan mempercepat proses produksi neuron.

13. Senantiasa Penasaran

Penasaran akan membuat Anda menjadi bertanya-tanya, hingga kemudian Anda jadi terpicu untuk berpikir mencaritahu jawabannya. Dengan cara seperti itu, Anda berpeluang untuk menemukan sesuatu yang baru. Mirip seperti halnya para penemu-penemu terdahulu, yang notabene IQ mereka tinggi-tinggi.

14. Senantiasa Berolahraga

Otak Anda akan berterimakasih kepada Anda, sekiranya Anda hobi berolahraga. Karena ketika tubuh Anda bergerak, oksigen semakin terpompa, proses neurogenesis pun menjadi lebih optimal. Jadinya,terciptakan sel-sel otak yang baru. Sehingga jalan peningkatan IQ pun semakin terbuka lebar.

15. Senantiasa Berpikir Kreatif

Berpikir kreatif, artinya Anda think without the box. Bukan inside the box, maupun out of the box. Nggak pakai box, nggak pakai perbandingan, agar lebih joss. Berpikir kreatif itu mudah sebenarnya. Misal, ketika orang membaca 2 buku dalam satu bulan, namun Anda membaca 4 buku, itu kreatif juga namanya. Menjadi lebih baik, itu pulalah tujuan dari kreativitas. Karena biasanya yang tidak kreatif itu tidak bisa survive. Bila bisa survive, bukankah itu pertanda IQ Anda tinggi?

16. Senantiasa Melibatkan Indra

Kadang seseorang akan lebih paham suatu tulisan, bila dibarengi dengan gambar. Karena, mata Anda (indra Anda) jadi ikut terlibat untuk mengolah informasi. Apalagi, kalau sebuah teori itu dilanjutkan dengan praktek. Makin terberdayalah indra-indra Anda. Jadinya, semakin paham Anda.
Makanya, kadang banyak calon pelanggan itu yang mulai memutuskan untuk membeli, ketika dia memegang barang tersebut, kemudian mencobanya.

17. Senantiasa Mencoba Hal Baru

Otak Anda sangat senang dengan hal-hal yang baru. Seperti halnya ketika Anda coba memakan makanan yang belum pernah Anda makan, melewati jalan yang belum pernah Anda lewati, dan lain-lain. Dengan mengetahui informasi yang baru, dan pengalaman baru, neuron Anda akan bekerja semakin baik.

18. Senantiasa Berkasihsayang

Apalagi dengan berkasih-sayang, otak Anda akan semakin fresh jadinya. Perhatikan saja, sebaliknya, ketika Anda bermasalah, kemudian panik, Anda malah cenderung tidak menggunakan akal.

19. Senantiasa Bermain Puzzle

Bermain puzzle manfaatnya banyak banget. Karena terdapat aktivitas berupa melatih daya ingat, kecepatan berpikir, kejelian, pemahaman informasi, dan lain-lain sebagainya. Untungnya, zaman sekarang Anda semakin mudah mendapatkan game-game puzzle. Salah satu cara mudahnya, tinggal pergi keGoogle Play Store saja, kalau Anda pengguna OS Android.

20. Senantiasa Mengevaluasi

Seberapa sering hal-hal yang Anda butuhkan dan inginkan terpenuhi? Nah, biasakanlah, untuk mengevaluasi kebutuhan dan keinginan Anda yang tak tercapai. Anda pahami dulu, apa sih yang ingin Anda capai? Apa cara yang Anda gunakan untuk mencapainya? Apakah caranya tidak sesuai? Atau, mungkin caranya belum benar-benar dilakukan?
Karena memang, orang-orang jenius ber-IQ tinggi itu tentu hobi mengevaluasi kegiatan-kegiatan mereka. Makanya, bisa tumbuh terus. Sehingga mereka tidak terus-terusan mengulangi kesalahan lama. Dapetnya masalah yang baru. Nggak heran, akhirnya mereka menjadi orang yang hebat.
Begitulah 20 cara meningkatkan IQ yang telah terbukti membuat orang-orang menjadi cerdas-cemerlang. Silahkan tinggal Anda praktekkan saja.

Jumat, 13 November 2015

HIKAYAT CEBE RAWIT



Hartono XI IPA 1


Pada zaman dahulu kala, di sebuah kampung antah berantah, hidulah sepasang suami istri. Mereka merupakan sebuah keluarga yang sangat miskin. Rumahnya dari pelepah daun rumbia yang didirikan seperti pagar sangkar puyuh. Atap rumah mereka dari daun rumbia yang dianyam. Tidak ada lantai semen atau papan di rumah tersebut, kecuali tanah yang diratakan dan dipadatkan. Di sana tikar anyaman daun pandan digelar untuk tempat duduk dan istirahat keluarga tersebut.

Demikianlah miskinnya keluarga itu. Rumah mereka pun jauh dari pasar dan keramaian. Namun demikian, suami-istri yang usianya sudah setengah abad itu sangat rajin beribadah.

“Istriku,” kata sang suami suatu malam. “Sebenarnya apakah kesalahan kita sehingga sudah di usia begini tua, kita belum juga dianugerahkan seorang anak pun. Padahal, aku tak pernah menyakiti orang, tak pernah berbuat jahat kepada orang, tak pernah mencuri walaupun kita kadang tak ada beras untuk tanak.”

“Entahlah, suamiku. Kau kan tahu, aku juga selalu beribadah dan memohon kepada Tuhan agar nasib kita ini dapat berubah. Jangankan harta, anak pun kita tak punya. Apa Tuhan terlalu membenci kita karena kita miskin?” keluh sang istri pula. Matanya bercahaya di bawah sinar lampu panyot tanda berusaha menahan tangis.

Malam itu, seusai tahajud, suami-istri tersebut kembali berdoa kepada Tuhan. Keduanya memohon agar dianugerahkan seorang anak. Tanpa sadar, mulut sang suami mengucapkan sumpah, “Kalau aku diberi anak, sebesar cabe rawit pun anak itu akan kurawat dengan kasih sayang.” Entah sadar atau tidak pula, si istri pun mengamini doa suaminya.

Beberapa minggu kemudian, si istri mulai merasakan sakit diperutnya. Keduanya tak pernah curiga kalau sakit yang dialami si istri adalah sakit orang mengandung. Tak ada ciri-ciri kalau perut istri sedang mengandung. Si istri hanya merasa sakit dalam perut. Sesekali, ia memang merasakan mual.

Waktu terus berjalan. Bulan berganti bulan, pada suatu subuh yang dingin, si istri merasakan sakit dalam perutnya teramat sangat. Bukan main gelisahnya kedua suami-istri tersebut. Hendak pergi berobat, tak tahu harus pergi ke mana dan pakai apa. Tak ada sepeserpun uang tersimpan. Namun, kegelisahan itu tiba-tiba berubah suka tatkala ternyata istrinya melahirkan seorang anak. Senyum sejenak mengambang di wajah keduanya. Akan tetapi, betapa terkejutnya suami-istri itu, ternyata tubuh anak yang baru saja lahir sangat kecil, sebesar cabe rawit.

“Sudahlah istriku, betapa pun dan bagaimana pun keadaannya, anak ini adalah anak kita. Ingatkah kau setahun lalu, saat kita berdoa bersama bahwa kita bersedia merawat anak kita kelak kalau memang Tuhan berkenan, walaupun sebesar cabe rawit?” hibur sang suami. Keduanya lalu tersenyum kembali dan menyadari sudah menjadi ibu dan ayah.

Singkat cerita, si anak pun dipelihara hingga besar. Anak itu perempuan. Kendati sudah berumur remaja, tubuh anak itu tetap kecil, seperti cabe rawit. Demi kehidupan keluarganya, sang ayah bekerja mengambil upah di pasar. Ia membantu mengangkut dagangan orang untuk mendapatkan sedikit bekal makanan yang akan mereka nikmati bersama.

Sahdan, suatu ketika si ayah jatuh sakit, tak lama kemudian meninggal dunia. Sedangkan si ibu, tubuhnya mulai lemas dimakan usia. Bertambahlah duka di keluarga itu sejak kehilangan sang ayah. Kerja si ibu pun hanya menangis. Tak tahan melihat keadaan orangtuanya, si anak yang diberi nama cabe rawit karena tubuhnya memang kecil seperti cabe, berkata pada ibunnya, “Ibu aku akan ke pasar. Aku akan bekerja menggantikan ayah.”

“Jangan anakku, nanti kalau kau terpijak orang, bagaimana? Ibu tak mau terjadi apa-apa pada dirimu,” sahut ibunya.

“Sudahlah, Ibu, yakinlah aku tak kan apa-apa. Aku pasti bisa. Aku kan sudah besar.”
“Anakku, kau satu-satunya harta yang tersisa di rumah ini. Kau satu-satunya milik ibu sekarang. Ibu tak mau kehilangan dirimu,” kata ibu lagi.

“Aku akan mencoba dahulu, Bu. Dengan doa ibu, yakinlah kalau aku tidak akan apa-apa. Nanti, kalau memang aku tidak bisa bekerja, aku akan pulang. Tapi, izinkan aku mencobanya dahulu, Ibu,” bujuk cabe rawit berusaha meyakinkan ibunya.

Cabai rawit terus mendesak ibunya agar diizinkan bekerja ke pasar. Sahdan, sang ibu pun akhirnya memberikan izin kepada cabe rawit. Maka pergilah cabe rawit ke pasar tanpa bekal apa pun.
Belum sampai ke pasar, di perempatan jalan, melintaslah seorang pedagang pisang. Raga pisang pedagang itu nyaris saja menyentuh cabe rawit. “Mugè pisang, mugè pisang, hati-hati, jangan sampai raga pisangmu menghimpit tubuhku yang kecil ini,” kata cabe rawit.

Spontan pedagang pisang menghentikan langkahnya. Ia melihat ke belakang, lalu ke samping, tapi tak dilihatnya seorang pun manusia.

“Mugè pisang, mugè pisang, hati-hati, jangan sampai raga pisangmu menghimpit tubuhku yang kecil ini.” Terdengar kembali suara serupa di telinga pedagang pisang. Ia kembali melihat ke belakang dan ke samping. Tapi, tetap tak ditemukannya sesosok manusia pun. Sampai tiga kali ia mendengar suara dan kalimat yang sama, mugè pisang merasa ketakutan. Akhirnya, dia berlari meninggalkan pisang dagangannya. Ia mengira ada makhluk halus. Padahal, si cabe rawit yang sedang bicara. Karena tubuhnya yang mungil, pedagang pisang itu tidak melihat keberadaan cabe rawit di sana.
Sepeninggalan mugè pisang, pulanglah cabe rawit membawa pisang yang sudah ditinggalkan mugè itu. Sesampainya di rumah, si ibu heran melihat anaknya membawa pisang. “Darimana kau dapatkan pisang-pisang ini, Rawit?” tanya si ibu.

Cabe rawit menceritakan kejadian di jalan sebelum ia sempat sampai ke pasar. “Daripada diambil orang atau dimakan kambing, aku bawa pulang saja pisang-pisang ini, Bu,” katanya.

Keesokan harinya, si cabe rawit kembali minta izn untuk ke pasar. Namun, di tengah jalan, lewatlah pedagang beras dengan sepedanya. Ketika pedagang beras nyaris mendahului si cabe rawit, ia mendengar sebuah suara. “Hati-hati sedikit pedagang beras, jangan sampai ban sepedamu menggilas tubuhku yang kecil ini. Ibuku pasti menangis nanti,” kata sara itu.

Berhentilah pedagang beras tersebut karena terkejut. Ia melihat ke sekeliling, tapi tak didapatinya seorang manusia pun. Sementara suara itu kembali terdengar. Setelah mendengar suara tersebut berulang-ulang, akhirnya pedagang beras lari pontang-panting ketakutan. Ia mengira ada makhluk halus yang sedang mengintainya. Padahal, itu suara cabe rawit yang tidak kelihatan karena tubuhnya yang teramat mungil.

Sepeninggalan pedagang beras, cabe rawit pulang sambil membawa sedikit beras yang sudah ditinggalkan oleh pedagang tersebut. Sesampainya di rumah, si ibu kembali bertanya. “Tadi, di jalan aku bertemu dengan pedagang beras, Bu. Dia tiba-tiba meninggalkan berasnya begitu saja. Daripada diambil orang lain atau dimakan burung, kuambi sedikit, kubawa pulang untuk kita makan. Bukankah kita sudah tidak memiliki beras lagi?” jawab cabe rawit.

Keesokan harinya, hal serupa kembali terjadi. Ketika cabe rawit hendak ke pasar, di pertengahan jalan, ia bertemu dengan pedagang ikan. Pedagang ikan itu juga ketakutan saat mendengar ada suara yang menyapanya. Ia lari lintang pukang meninggalkan ikan-ikan dagangannya. Maka pulanglah cabe rawit sembari membawa beberapa ikan semampu ia papah. “Tadi pedagang ikan itu tiba-tiba lari meninggalkan ikan-ikannya. Kita kan sudah lama tidak makan ikan. Aku bawa pulang saja ikan-ikan ini sedikit daripada habis dimakan kucing,” kata cabe rawit kepada ibunya saa sang ibu bertanya darimana ia mendapatkan ikan.

Begitulah hari-hari dilalui cabe rawit. Ia tidak pernah sampai ke pasar. Selalu saja, di perempatan atau pertengahan jalan, dia berpapasan dengan para pedagang. Hatta, keluarga yang dulunya miskin dan jarang makan enak itu menjadi hidup berlimpah harta. Pedagang beras akan meninggalkan berasnya di jalan saat mendengar suara cabe rawit. Pedagang pakaian meninggalkan pakaian dagangannya, pedagang emas pun pernah melakukan hal itu. Heranlah orang-orang sekampung melihat si janda miskin menjadi hidup bergelimang harta.

Orang-orang kampung pun mulai curiga. Didatangilah rumah janda miskin tersebut. “Bagaimana mungkin kau tiba-tiba hidup menjadi kaya sedangkan kami semua tahu, kau tidak memiliki siapa-siapa. Suami pun sudah meniggal,” kata kepala kampung.

Si janda hanya diam. Kepala kampung mengulangi pertanyaanya lagi. Namun, di janda tetap bungkam. Karena kepala kampung dan orang-orang kampung di rumah itu sudah mulai marah, terdengarlan suara dari balik pintu. “Tolong jangan ganggu ibuku. Kalau kepala kampung mau marah, marahilah aku. Kalau kepala kampung mau memukul, pukullah aku,” kata suara tersebut.

Kepala kampung dan orang-orang yang ada di rumah tersebut terkejut mendengar suara itu.

Beberapa kali suara itu terdengar dari arah yang sama, dari belakang pintu. Salah seorang penduduk melihat ke sebalik pintu. Namun, tak dijumpainya seorang pun di sana. Sedangkan saat itu, suara yang sama kembali terdengar. “Kalau kalian mau marah, marahilah aku. Kalau kalian mau memukul, pukullah aku,” kata suara itu yang tak lain dan tak bukan adalah milik cabe rawit.

Singkat cerita, ketahuan juga bahwa suara itu dari seorang manusia yang sangat kecil, sebesar cabe. Suasana berubah menjadi tegang. Si janda menjelaskan semuanya. Ia menceritakan tentang sumpah yang pernah ia lafalkan dengan sang suami tentang keinginan punya anak walau sebesar cabe pun. Mahfumlah kepala kampung dan penduduk di sana. Akhirnya, para penduduk sepakat membangun sebuah rumah lebih bagus untuk di janda bersama anaknya. Hidup makmurlah keluarga cabe rawit. Ia tidak lagi harus pergi ke pasar sehingga membuat orang-orang takut. Akan tetapi, setiap penduduk berkenan memberikan keluarga cabe rawit apa pun setiap hari. Ada yang memberikan beras, garam, pakaian, dan sebagainya.

Ditulis oleh Herman RN berdasarkan tuturan lisan Halimah (80-an), seorang warga Ujung Pasir, Kecamatan Kluet Selatan, Aceh Selatan.